watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

PESTA PARA MANIAK SEKS

Waktu itu sudah malam, sekitar pukul 9. Saya
dan Susan baru saja menyelesaikan babak ketiga
pertandingan antar jenis kelamin kami yang
sudah sekian kali kami lakukan. Kami ada di
rumah Susan, suami Susan, Andre, sedang tidak
berada di rumah, dia pergi tugas luar kota lagi.
Sementara istri saya ada di rumah, saya punya
banyak alasan kalau dia bertanya macam-
macam.
“Mas Jony, aku kok kayaknya nggak pernah
bosen ya ‘ngewe’ sama kamu..” kata Susan.
“Lha, memangnya kalo sama Andre, bosen..?
Kan dia suamimu,” jawab saya agak gr.
“Bukannya gitu. Kalo sama Mas Andre gayanya
itu-itu saja, dan lagi kontolnya Mas Andre kan
nggak sebesar punya Mas Jony,” jawab Susan
jujur sambil mengurut batang kemaluan saya
yang kembali mengeras.
“Ndak boleh gitu lho Mir. Andre itu kan
suamimu, dia baik lagi. Tapi, masa bodo lah,
yang penting memek istrinya enak banget. Ya
sudah ‘ngentot’ lagi yuk, mana toketmu, sini, aku
mau ‘nenen’..!”
Ketika kami mau mulai babak keempat, Susi,
anak Susan yang jadi sering melihat maminya di
‘acak-acak’, masuk ke kamar.
“Mi, masih main kuda-kudaan ya..? ” tanyanya
polos.
“Iya, baru mau main lagi, kenapa Vin..? kata
Susan.
“Susi mau bobo, tapi Susi takut, temenin Susi ya
Mi, Om Jony main kuda-kudaanya di kamar Susi
aja ya..!” pintanya penuh harap.
Ya sudah, akhirnya saya dan Susan pindah arena
ke kamarnya Susi. Sambil masih bertelanjang
bulat, kami berusaha menina-bobokan Susi yang
katanya tidak kangen sama papinya, dia malah
menganggap saya papi kandungnya.
Baru sekitar 10 menit si Susi tertidur dan 3 menit
si Susan menghisap batang kemaluan saya,
telephone di kamar Susan berdering.
“Mas, aku ngangkat telephone dulu ya, kali aja
dari Mas Andre.” kata Susan.
“Ya, jangan lama-lama..” jawab saya.
Setelah hampir 5 menit, Susan balik lagi ke
kamar dengan wajah bingung.
“Mas, adikku mau kesini. Dia sudah ada di depan
komplek. Gimana nih..?” kata Susan.
“Siapa..? Si Rere..? Dia bareng suaminya
nggak..?” tanya saya berusaha tidak panik.
“Nggak sih, kan dia lagi pisah ranjang sama
Gery. Sudah 4 bulan ini.” jawab Susan.
“Ya sudah, kalo dia kesini, ndak apa-apa. Bilang
aja aku lagi nemenin kalian. Apa susahnya sih?”
Tidak lama kemudian Rere datang. Dia adalah
wanita cantik berusia sekitar 25 tahun, dengan
ukuran dada sekitar 34B (hampir sama dengan
kakaknya), kulit putih bersih dan hidung yang
bangir. Malam itu dia mengenakan ‘Tank Top’
warna biru ditutup dengan Cardigan hitam dan
celana Capri (ketat, sedengkul) warna putih.
“Malam Mbak, Eh.., ada siapa nih..?” kata Rere.
“Ini Mas Jony, tetanggaku. Dia datang kesini mau
nemuin Mas Andre, tapi nggak ketemu.” Susan
menjawab.
“O iya, kenalin Mas, ini adikku, Rere. Re, ini
namanya Mas Jony.”
“Rere,” katanya sambil bersalaman dengan saya.
“Jony,” jawab saya.
“Kamu kenapa kesini..?” kata Susan, “Tumben-
tumbenan, mana malem-malem lagi. Kamu
nggak takut apa? Daerah sini rawan
pemerkosaan lho..!”
Si Rere menjawab sambil melepas Cardigan-nya
dan memamerkan keindahan buah dadanya,
yang dapat membuat laki-laki sesak nafas itu,
katanya, “Ngapain takut, kalo diperkosa malah
seneng. Aku sudah hampir 5 bulan lho Mbak,
nggak ‘gituan’..!”
“Kamu ini kalo ngomong sembarangan,” kata
Susan sambil melirikku, “Kasian Mas Jony tuh,
lagi tanggung, nanti dia ngocok disini lagi.”
“Tanggung..? Emangnya kalian lagi ngapain..?
Wah, macem-macem nih kayaknya..!” tanya
Rere penasaran.
Si Susan menjawab, “Kenapa emangnya..? Mau
ikut nimbrung..? Suntikannya Mas Jony besar
lho..!”
Saya dari tadi hanya diam dan tersenyum
mendengar ‘adik’ saya dibicarakan dua wanita
cantik.
Lalu saya angkat bicara, “Kamu ini ngomong apa
sih Mir..? Emangnya kamu sudah pernah liat
burungku apa..?” kata saya menggoda.
“Iya nih, Mbak Susan. Emang udah pernah liat..?”
kata Rere.
“Wah, jangan macam-macam deh Mas,
mendingan kita lanjutin pertandingan tadi. Kamu
mau ikutan nggak Re..?” ajak Susan sambil
kembali melepas dasternya dan melucuti celana
pendek saya.
Melihat hal ini, Rere memekik pelan, “Wah, itu
kontol..? Gede banget, boleh nyobain ya Mas..?”
“Ya sudah, kamu hisap-hisap ya Re..!” kata saya,
“Nah, Mir kesinikan memekmu biar kujilatin..!”
Lalu kami bertiga bermain dengan riang
gembira. Saya duduk di sofa, sementara Rere
jongkok dan sibuk dengan batang kemaluan
saya. Susan berdiri menghadap saya sambil
mengarahkan kepala saya ke liang vaginanya
dan menjilatinya sampai kelojotan. Saya tidak
sadar waktu Susan agak bergeser, ternyata Rere
sudah tidak mengenakan apa-apa lagi, polos,
telanjang bulat dan berusaha menjepit penis
saya dengan kedua buah dadanya yang ternyata
memang besar dan membuat gerakan naik
turun.
“Ya, terus Re, enak banget..!” kata saya,
sementara Susan sudah duduk di sebelah kiri
saya sambil mengulum bibir saya.
“Mas Jony, aku mau masukin ke memek ya..!”
pinta Rere penuh harap.
Ketika melihat dan mengamati kemaluan Rere,
saya agak kaget. Selain botak, vagina Rere juga
masih terlihat sempit. Dalam hati saya berpikir,
ini kakak beradik punya kemaluan kok ya sama.
Lalu Rere membelakangi saya dan memasukkan
batang kemaluan saya ke dalam vaginanya yang
sempit itu dengan perlahan-lahan. Susan yang
juga sedikit terengah-engah memasukkan jari
saya ke dalam liang kemaluannya yang mulai
basah.
Rere benar-benar memperlakukan batang
kemaluan saya dengan baik. Gerakan maju
mundurnya sangat hebat dan terkadang
dikombinasi dengan gerakan berputar. Menyikapi
hal ini, saya lalu mengangkat badan Rere dan
saya balikkan, hingga kami beradu pandang,
dengan posisi penis saya tetap di dalam
vaginanya yang keset-keset basah. Rere ternyata
sangat ahli dengan posisi duduk, dia terus naik
turun berusaha mengimbangi hujaman-
hujaman penis saya yang makin lama makin
dalam menembus pertahanan liang vaginanya.
Setelah hampir 10 menit, Rere berkata, “Mas aku
keluar..!”
Tapi herannya dia masih saja menggoyang
pantatnya. Sementara itu, Susan ada di belakang
Rere sambil memeluk dan meremas buah dada
Rere.
3 menit kemudian, giliran saya yang bilang, “Re,
aku mau keluar nih, di dalam apa di luar..?”
“Di luar saja Mas, aku mau minum pejunya,”
jawab Rere semangat.
“Re, cepat lepas..!” kata saya sambil mengocok
batang kemaluan saya dengan cepat dan
mengarahkannya ke mulut Rere yang sekarang
sudah jongkok di bawah saya.
Ternyata benar, mulut Rere tidak hanya
menampung sperma saya yang banyak, tapi
juga benar-benar berkumur dan menelannya.
Melihat hal itu, Susan yang vaginanya tidak aktif,
langsung mendekati batang kemaluan saya dan
mengulumnya lagi.
Saya yang sudah banjir keringat langsung
berkata kepada Susan, “Mir, yang bersih ya, saya
istirahat dulu sebentar.”
Sambil Susan terus disibukkan dengan
pekerjaannya, saya menyuruh Rere mendekat
dan langsung mengulum bibirnya yang tipis dan
beraroma sperma.
Tidak lama kemudian, batang kemaluan saya
mulai menegang lagi. Mengetahui perbuatannya
berhasil, Susan dengan tindakan super cepat
menarik saya ke lantai dan menyuruh saya
telentang. Susan dengan cepat juga langsung
menduduki penis saya dan menjepitnya dengan
kemaluannya. Dengan posisi seperti itu, tangan
saya diberi kesempatan untuk meremas
payudara Susan dan memainkan putingnya
yang agak kecoklatan.
Setelah hampir 10 menit mengerjai batang
kemaluan saya, gerakan Susan mulai agak
mengendur. Saya tahu, dia sudah orgasme.
Melihat hal ini, saya membalikkan badan Susan,
dan sekarang dia yang telentang. Kedua kaki
Susan yang putih itu saya buka lebar-lebar
sambil menusuk vaginanya dengan gerakan
yang amat cepat dan teratur. Erangan dan
desahan Susan sudah tidak saya dengarkan
sama sekali.
Sekitar 3 menit kemudian, saya sudah tidak
dapat menahankannya lagi. Dengan posisi penis
masih di dalam vagina Susan, saya
menyemprotkan cairan sperma saya untuk yang
kedua kalinya malam ini. Liang senggama Susan
yang saya perhatikan beberapa hari ini sudah
agak melebar, tidak kuat menampung cairan
sperma saya yang kental dan banyak. Melihat hal
itu, Rere langsung menjilati vagina kakaknya
berusaha mendapatkan air mani lagi sambil
tangannya mengocok penis saya.
Susi yang sudah tidur rupanya terbangun karena
berisik.
“Mami, aku nggak bisa tidur, itu ada siapa..?”
“Eh Susi, ini Tante Rere. Kok kamu nggak
tidur..?” tanya Rere sambil menyuruh Susi
mendekat.
“Nggak bisa tidur Tante. Mami kenapa..? Kok
kakinya terbuka, Mami sakit lagi ya..?” tanya Susi
polos.
“Mami nggak sakit. Justru Mami malah sehat, kan
Mami habis Om suntik, nanti sebentar lagi juga
bangun.” jelas saya.
“Kok Tante Rere telanjang juga? Habis disuntik
juga ya sama Om Jony?”
“Iya, soalnya Tante lagi sakit memeknya jadi
disuntik.” kata Rere sambil mengelus vaginanya
sendiri.
“Memek apa sih Tan..?” tanya Susi.
Sambil membersihkan kemaluan Susan, saya
berkata ke Susi, “Ini yang namanya memek Vin.
Ini gunanya buat masukin jarum suntiknya Om
Jony.”
“Susi juga punya Om.” kata Susi sambil
menyingkap rok tidurnya.
“Iya, tapi punya Susi belom boleh disuntik. Nanti
kalo sudah besar, boleh deh..!” kata Rere sambil
tersenyum.
Selama seminggu Rere menginap di rumah
Susan, kami bertiga hampir tiap malam
mengadakan acara begituan bersama. Susi yang
selalu melihat aksi kami selalu tertawa kalau saya
menyemprotkan sperma ke mulut mami dan
tantenya.
“Ha.., ha.., ha.., Mami sama Tante Rere dipipisi
Om Jony.” katanya lucu.
Pernah sekali waktu, ketika istri saya sedang
pergi, Rere main ke rumah dan minta
disenggamai di lubang pantat. Karena menarik,
saya lakukan saja dan ternyata itu enak sekali,
seperti menjebol kemaluan perawan.
Sekali waktu, pernah juga salah seorang teman
kantor saya main ke rumah ketika dua kakak
beradik itu kebetulan sedang ada di rumah saya.
Karena tertarik dengan Susan, teman saya itu
mengajak Susan main di atas meja makan saya.
Saya dan Rere hanya diam dan tertawa melihat
teman saya menghajar kemaluan Susan sampai
Susan mengalami multi orgasme.
TAMAT


Adult | GO HOME | Exit
1/1286
U-ON

inc Powered by Xtgem.com